Praja IPDN sedang membawa peti jenazah Dhea Rahma Amanda |
BANDARLAMPUNG, (Kopiinstitute.com) - Dhea Rahma Amanda (17) siswi Calon Praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Tingkat I Angkatan 28 Tahun 2017 asal Lampung meninggal saat mengikuti pendidikan dasar (diksar) menyisakan duka mendalam bagi keluarga. Kepergian Dhea tidak hanya duka keluarga namun duka kita semua karena gadis kelahiran Bandar Lampung 9 Oktober 1999 membawa nama Lampung.
"Atas nama Gubernur Lampung Bapak Muhammad Ridho Ficardo dan Pemerintah Provinsi Lampung kami menyampaikan duka mendalam atas musibah ini. Semoga almarhumah mendapat tempat yang layak sesuai amal, bakti, terhadap pengabdiannya terhadap nusa, bangsa, negara dan agama," ujar Ali yang juga Ketua Ikatan Keluarga Alumni Pendidikan Tinggi Kepamongprajaan (IKAPTK) Lampung, saat menjadi inspektur upacara pemakaman Dhea Rahma Amanda, di Labuhan Ratu, Bandar Lampung, Senin (2/10/2017).
Kepala Biro Administrasi Keprajaan dan Kesiswaan IPDN, Andi Ony P., menyerahkan seragam IPDN kepada keluarga yang disambut dengan tangisan ibunda Dhea, Isnaini. Menurut Andi pada kegiatan di Semarang, pihak Akpol memiliki fasilitas kesehatan dan selalu mengecek setiap Praja yang mengikuti diksar. "Terakhir pas kita memonitoring, Praja yang bersangkutan tidak sakit sama sekali," ujar Andi.
Anak pertama dari tiga bersaudara yang lahir di Bandar Lampung, 9 Oktober 1999, ini adalah putri pasangan Edi Hanavia dan Isnaini. Dhea menghembuskan nafas terakhir setelah menjalani latihan di lapangan Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, Minggu (1/10/2017) sekitar pukul 08.15 WIB. Saat pemakaman, tampak orang tua terutama ibunda Almh sedih.
Menurut Gubernur Akpol, Irjen Rycko Amelza Dahniel, Dhea menjalani rangkaian diksar mulai pukul 04.00 WIB hingga 06.00 WIB. "Kegiatan dimulai dengan bangun pagi, shalat subuh berjaemaah, kemudian dilanjutkan pengajian di Masjid Umar Bin Khatab," kata Rycko.
Usai pengajian, lanjut Rycko seluruh calon praja mengikuti makan pagi di GOR, lalu menuju Batalion untuk apel pagi di lapangan Resimen Akpol. "Pada pukul 07.30 WIB, dilakukan kegiatan lari setengah keliling lapangan Resimen. Saat itu korban masih bertahan," kata Rycko.
Seluruh peserta usai lari di lapangan, sekira pukul 07.40 WIB, seluruh peserta melakukan baris berbaris. "Saat itu Dhea langsung roboh dan pingsan. Teman-teman Dhea langsung menolong dan membawanya ke Rumah Sakit Akpol tak jauh dari lokasi. Pertolongan darurat dilakukan selama 30 menit. Pukul 08.15 WIB, tim dokter menyatakan Dhea meninggal dunia," kata Rycko.
Posting Komentar