LAMSEL : Pengaspalan jalan lingkungan di Kelurahan Wai Lubuk, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, menuai protes warga.
Pasalnya, pihak kelurahan disinyalir melakukan persekongkolan dengan salah satu kepala lingkungan sehingga, pembangunan jalan lingkungan yang bersumber dari dana Pemerintah Provinsi Lampung itu, hanya difokuskan ke satu titik atau hanya dilakukan di lingkungan II kelurahan setempat.
Padahal, di daerah itu terdapat lima lingkungan yang letaknya tidak berjauhan, dan sejatinya perlu mendapatkan perhatian yang sama.
Berdasarkan pantauan dibeberapa titik jalan, ditemui salah satu rumah warga di lingkungan II yang dilakukan pengaspalan sampai dengan masuk ke pekarangan rumah. Selain itu, pengaspalan juga dilakukan di jalan buntu yang hanya terdapat 3 kepala keluarga (KK).
Sedangkan, untuk jalan di lingkungan I, III, IV dan V tidak tersentuh sama sekali dengan program perbaikan jalan tersebut. Hal itu yang membuat warga di lingkungan I, III, IV dan V kecewa dan merasa dianak tirikan oleh pihak kelurahan dalam pembangunan itu.
“Jalan ini (menunjukan jalan yang berada di lingkungan I), dibangun sejak tahun 1984, tapi tidak pernah tersentuh perbaikan sama sekali hingga saat ini. Lihat saja kondisinya seperti apa,” ujar Surnadi, salah satu warga di lingkungan I, Kamis (04/08/2016).
Ironinya lagi Ia menilai, jalan masuk ke arah makam kelurahan Wai Lubuk yang ada di Lingkungan I, kondisinya saat ini sangat memprihatinkan hanya berbalut tanah merah dan tidak tersentuh dengan program tersebut.
Berdasarkan informasi yang diketahuinya, pengaspalan jalan lingkungan di Kelurahan Wai Lubuk itu sepanjang sekitar 4.000 meter. Namun yang disesalknya, pengaspalan itu tidak dilaksanakan secara merata dan hanya ditumpuk disatu titik lingkungan.
Memang Ia mengakui, pengajuan perbaikan jalan tersebut terjadi pada masa lurah sebelumnya yakni Subandra. Meskipun baru terealisasi pada masa Lurah Bono.
“Ya, coba dibagi-bagi, lingkungan I sekian, lingkungan II sekian sampai dengan lingkunga V. Sisanya, silahkan tumpuk di lingkungan II. Jadi pemerataan itu ada. Walaupun ada istilah adil itu tidak perlu merata, tapikan semuanya dapat merasakan pembangunan,” kata pria yang berdomilisi di Perumahan Dulhadi sejak tahun 1984 itu.
Ia mengaku, tidak pernah ada sama sekali pemberitahuan terhadap warga khususnya di lingkungan I, bahwa Kelurahan Wai Lubuk akan mendapatkan program pembangunan jalan.
“Mana ada, tahu-tahu pas bulan puasa kemarin saya melihat ada pengerjaan. Dan yang membuat kami kecewa, kok hanya difokuskan di lingkungan II, apa maksutnya coba,” kata Surnadi.
Mantan pegawai di Pemkab Lampung Selatan itu menyebutkan, bila perlakukan tebang pilih yang terjadi sempat menjadi buah bibir masyarakat yang tidak merasakan pembangunan jalan tersebut.
“Masyarakat ini sebenarnya kesal karena tidak adanya pemerataan. Hanya saja, mereka tidak berani untuk mengungkapkanya. Kalau dengan saya ini tidak ada urusan, karena ini menyangkut kepentingan orang banyak,” tegasnya.
Sayangnya, ketika para wartawan mendatangi kantor Kelurahan Wai Lubuk, untuk mengkonfirmasikan kejadian itu kepada Lurah, Bono, posisi lurah sedang tidak berada dikantor.
“Maaf, bapak sedang keluar, tapi pamitnya mau rapat ke kantor kecamatan (Kalianda_red),” ujar salah satu staf kelurahan setempat.
Kondisi serupa pun terjadi mana kala, para wartawan hendak mewawancarai Joko Wiyono selaku Kepala Lingkungan II Kelurahan Wai Lubuk. Joko yang saat ini juga menjabat sebagai Sekretaris Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Lampung selatan, tidak dapat dimintai komentar, karena dirinya tidak berada diruang kerjanya.(fitri)
Posting Komentar