Pasalnya, saat menanyakan biayanya ke kasir diberitahukan bahwa biaya anaknya selama 4 hari perawatan sebesar Rp5, 2 Juta.
Karena bingung dan panik serta tidak percaya, Mujiati langsung berkeluh kesah dan menceritakan tentang biaya anaknya di RSI kepada Fitrianawati, tempatnya bekerja selama ini sebagai buruh cuci baju di rumah keluarga Fitrianawati.
Dengan ditemani Fitrianawati, Mujiati kembali ke kasir untuk menanyakan biayanya, termasuk apa saja rician-riciannya dan ingin melihat rekam medisnya, sehingga bisa muncul biaya yang begitu besar.
Tetapi begitu sampai kasir, alangkah kagetnya kedua ibu-ibu ini, karena rincian perawatan dan rekam medis hanya bisa diberikan kalau sudah menyelesaikan administrasinya.
"Kami tanya ke bagian administrasi apa rinciannya dan minta rekam medisnya, kok bayarnya mahal amat, dijawab kasir, itu untuk biaya obat-obatan, kalau mau lebih rinci bayar dulu, begitu kata petugas itu," ujar Fitrianawati, Senin (31/10/2016).
Lebih lanjut dijelaskan Fitri, setelah agak berdebat akhirnya pihak Rumah sakit mau menunjukkan rician yang akan dibayar, dan dalam rincian tersebut muncul angka sebesar Rp 3,6 juta hanya untuk Obat.
"Kami sempat protes ke pihak RSI, kenapa kami tidak ditanya dulu saat masuk ruang UGD ingin menggunakan obat jenis apa, tahu-tahu sudah dikasih obat yang mahal, padahal kami ini miskin, untuk membayar masuk BPJS aja kami nggak sanggup, kami terpaksa pakai umum, dan itupun kami minta kelas 3, karena penuh terpaksa kami ke kelas 2," ucap Muji.
Ditambahkan Muji, karena bayar mahal, akhirnya minta keringanan pada pihak rumah sakit, kalau-kalau dibantu, tetapi tidak diberi dengan berbagai alasan. Dengan menangis dan terpaksa akhirnya Muji membayar biaya perawatan anaknya sebesar Rp5,2 juta, dengan cara meminjam uang kepada saudara dan tetangganya supaya anaknya bisa keluar dari RSI Metro.
"Uang yang untuk membayar biaya perawatan saya pinjam kumpulkan dari saudara dan tetangga, maunya kemarin pihak RS sebelum ngasih obat ke anak saya, tanya dulu pakai obat yang mana, jangan langsung kasih obat mahal, jadi seperti dipaksakan, dan sampai anak saya pulangpun, kami tidak diberi rekam medisnya, hanya diberi catatan obat dibelakang kwitansi" ucap Muji terbata-bata menahan tangis.
Ditambahkan Mujiati, karena kurang percaya dengan harga obat tersebut dimana untuk obat saja sampai membayar Rp3,6 juta, ditemani Fitrianawati diapun menanyakan harga obat-obatan yang tertera di kwitansi pada Apotik lain sebagai perbandingan, benar saja harganya tidak semahal itu.
"Menurut petugas disalah satu apotik, obat yang tertera di rincian kwintasi harganya relative, hanya saja banyaknya jumlah yang membuat jadi mahal, karena menurut petugas apotik, rincian obat yang diberikan itu bisa untuk lebih dari 1 pasien, dan petugas tersebut juga kaget, kok nebus obat mahal segitu banyak tanpa tanya dulu dengan pasiennya," ujar Fitri.
Atas kejadian tersebut, Mujiati merasa keberatan dan terdzholimi, dan dengan terpaksa harus melunasi biaya RSI tersebut walaupun dengan meminjam. Melalui media ini berharap mohon pihak terkait dapat memeriksa dan meninjau adminitrasi RSI Metro atas pelayanannya terhadap pasien, dengan tujuan agar tidak ada lagi pasien miskin dan pasien lain yang mengalami kejadian seperti dirinya.
Mujiati (55) ibu rumah tangga warga Jalan Kepiting RT 5 RW 12 Kelurahan Yosodadi Kecamatan Metro Timur Kota Metro yang menjadi korban mahalnya bayar obat di RSI Metro.(r)
Posting Komentar